IHQN-Yogyakarta. Dalam era JKN ini, tenaga kesehatan adalah sebuah the game changer. Tenaga kesehatan harus bekerja sesuai dengan tuntutan untuk memiliki standar-standar yang baru yang sangat berbeda dengan era sebelumnya, memiliki kapasitas bagaimana untuk menghandle demand yang baru dan mampu beradaptasi, mengadopsi dan memodifikasi cara bekerjanya supaya sesuai dengan tuntutan yang baru.
Jika melihat siituasi dilapangan, rumah sakit memiliki antrian yang panjang dalam melayani pasien, masih ada satu dokter memeriksa banyak pasien, kendali mutu kendali biaya masih bisa teratasi atau tidak, dan masih adanya mal-aligning antara struktural melihat pada paradigma efisiensi dan fungsional melihat pada paradigma efektiveness.
Training development dalam SDM memiliki peranan penting, semakin baik institusi melakukan seleksi maka tidak sulit bagi pihak Rumah Sakit, Puskesmas atau institusi dinas dalam melakukan training development karena SDM yang datang sudah sesuai dengan institusi harapkan. Diharapkan dengan adanya training dapat mereduksi gap dalam sebuah institusi yaitu pengetahuan, sikap, kemampuan, stres dan komunikasi. Sedangkan adanya training dalam lingkup bakat dapat meningkatkan kinerja berupa kompetensi, engagement dan kontribusi.
Topik-topik training untuk saat ini belum menjadi perhatian dan masih menjadi persyaratan untuk akreditasi. Adanya re-desain training program yaitu visi training, tujuan training, model training, insentif dan penilaian, diharapkan Rumah Sakit mampu melakukan training-training yang lebih spesifik agar dapat survive. Training diharapkan dapat menyeimbangkan para tenaga kesehatan baik di Rumah Sakit maupun Puskesmas, dapat mengatasi atau menahan demand dengan kapasitas yang baik. Adanya training dapat memperkuat job resource dalam menghadapi job demand dan mengarahkan job crafting sehingga para tenaga kesehatan dapat nyaman bekerja di institusinya.
Reporter : Agus Salim, S.KM., MPH