Mutu Puskesmas Pasca Gempa, Tsunami dan Likuifaksi di Kota Palu
Pasca gempa, tsunami dan likuifaksi yang telah menghantam kota Palu mengakibatkan menurunnya fungsi Puskesmas, hal ini diakibatkan antara lain oleh bangunan Puskesmas yang mengalami kerusakan, obat-obatan yang kurang, alat-alat medis rusak, sumber air tidak ada, staf Puskesmas yang meninggal, staf Puskesmas yang mengalami trauma sehingga tidak mau bekerja, staf Puskesmas yang rumahnya roboh.
Ini tantangan bagi manajemen kesehatan untuk mengelola manajemen Puskesmas agar bisa difungsikan sebagaimana mestinya. Tim relawan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FKKMK UGM bekerjasama dengan Academic Health System (AHS) membantu memperbaiki manajemen Puskesmas Marawola, kegiatan yang telah dilakukan antara lain:
- Manajemen sumber daya manusia
PKMK-AHS FKKMK UGM mengirimkan 1 dokter umum, 1 dokter residen spesialis anak, dan 1 dokter residen spesialis penyakit dalam. Kegiatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis di Puskesmas Marawola karena dokter umum yang seharusnya bertugas ditempat belum masuk kerja. SDM dari PKMK-AHS FKKMK UGM juga melakukan refreshing penggunaan EKG, BHD, dan audit klinis kepada staf Puskesmas. - Manajemen pelayanan kesehatan
PKMK-AHS UGM memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, selain itu juga memberikan pelayanan kesehatan melalui mobile clinic. Mobile clinic dilakukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan dan menginfokan ke masyarakat bahwa pelayanan kesehatan di Puskesmas dapat diakses 24 jam. - Manajemen obat
Kebutuhan obat di Puskesmas meningkat, khususnya obat diare, ISPA, Myalgia, penyakit kulit, dan alat bantu nafas. Obat diperoleh dari dinas kesehatan provinsi, namun kendala yang terjadi dilapangan bahwa terjadi kekurangan vaksin HB0 sehingga bayi yang lahir tidak disuntik BH0. - Manajemen rujukan
Angka rujukan semakin meningkat karena jumlah masyarakat yang harus memperolah pelayanan kesehatan juga meningkat. Masalah yang terjadi adalah fasilitas kesehatan kekurangan ruangan isolasi sehingga ketika ada kasus rujukan pasien kasus airbone, rumah sakit tidak bisa menerima. Walaupun diterima, maka pelayanan yang diberikan sub standar sehingga potensi tertular pasien lain sangat mungkin. - Manajemen lingkungan
Di kabupaten Sigi, tempat Puskesmas Marawola belum mempunyai tempat pembuangan akhir sehingga untuk sampah non medis dilakukan pemusnahan secara mandiri dengan cara dibakar di Puskesmas, asap berpotensi dihirup oleh pasien karen tempat pemusanahan sampah disamping ruang rawat inap. Begitu juga dilingkungan sekitar masyarakat, sampah plastik berserakan di lapangan.
Lingkungan yang tidak sehat diperparah oleh sumber air yang tidak ada di Puskesmas, ini menyebabkan pasien rawat inap pulang. Sumur air rusak sehingga Puskesmas meminta bantuan dari ESDM. Setiap hari ESDM mengirimkan air sekitar 2 tengki untuk memenuhi kebutuhan pasien. Saat ini di Puskesmas Marawola sedang proses perbaikan sumur oleh ESDM.
Manajemen Puskesmas pada daerah yang rawan bencana harus disiapakan karena fungsi Puskesmas yang seharusnya memberikan pelayanan kesehatan jangan sampai menjadi tempat penyebaran penyakit ataupun tidak mengatasi masalah pasien.
Penulis: Eva Tirtabayu Hasru S.Kep, MPH (0823-2433-2525 | This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.)