Pertemuan Evaluasi Ujicoba Manual Rujukan Kota Balikpapan 3 Agustus 2015
Narasumber :
Dr. dr. Dwi Handono Sulistyo M.Kes
dr. Muhammad Hardhantyo PW
Kota Balikpapan melalui dinas kesehatan kota saat ini tengah menyusun manual rujukan khusus maternal neonatal. Dimana fungsi dari manual ini adalah untuk mengurangi kepanikan dan kegaduhan yang tidak perlu dengan cara menyiapkan persalinan (rujukan terencana) bagi yang membutuhkan (pre-emptive strategy) serta membuat alur rujukan yang jelas dan efektif bagi persalinan emergency / kegawatdaruratan (Trisnantoro, 2012)
Guna memenuhi hal tersebut, terdapat 10 strategi yang diperlukan untuk menyusun manual rujukan maternal neonatal, diantaranya adalah
- Membentuk Pokja Pelayanan Rujukan
- Menyusun POA Penyusunan Manual Rujukan
- Melakukan Self Assessment & Mapping Saryankes terkait Maternal Neonatal
- Menyusun dokumen Manual Rujukan Maternal & Neonatal
- Secara paralel menyiapkan:
- ANC berkualitas
- Puskesmas PONED & RS PONEK
- AMP berkualitas
- Sistem Pembiayaan
- Sistem Informasi dan Komunikasi
- Sistem Transportasi
- Melakukan sosialisasi, uji coba, dan perbaikan Manual Rujukan Maternal-Neonatal
- Merencanakan pelatihan SDM terkait kasus-kasus komplikasi Manual Rujukan Maternal-Neonatal
- Memberlakukan Manual Rujukan Maternal-Neonatal dengan SK Walikota
- Memonitor pelaksanaan Manual Rujukan Maternal-Neonatal di Unit Pelayanan Kesehatan (UPK)
- Evaluasi Manual Rujukan Maternal-Neonatal
Melalui serangkaian pertemuan dan kunjungan lapangan sejak 1 tahun yang lalu, saat ini dinas kesehatan kota Balikpapan telah berada pada langkah ke-6 yakni, sosialisasi, ujicoba dan evaluasi perbaikan manual. Kegiatan pertemuan saat ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran detail tentang pelaksanaan manual rujukan maternal neonatal.
Berdasarkan hasil diskusi terdapat beberapa pokok masalah
Masalah |
Solusi |
Terdapat berbagai diagnosis yang belum masuk ke dalam manual rujukan
|
Kasus pada manual rujukan bukan sesuatu yang kaku, sehingga bisa ditambahkan dan nantinya menjadi sebuah database besar |
Surat rujukan balik tidak kembali ke puskesmas |
Kondisi saat ini, pasien dapat langsung kontrol satu kali tanpa surat apabila pasca mondok di RS BPJS dan rumah sakit sepakat bahwa seluruh pasien yang ingin kontrol harus mendapatkan rujukan dulu di puskesmas, dengan cara itu semua surat rujuk balik dapat dikumpulkan oleh puskesmas |
Puskesmas kesulitan dalam menelepon Rumah sakit dan sering tidak direspon |
Ada call center di dinas kesehatan yang berfungsi sebagai fast track bagi puskesmas apabila kesulitan mencari kamar, call center tersebut berupa
|
Rumah sakit penuh, sehingga pasien sering “dilempar-lempar” |
Rujukan tertinggi adalah RSUD Kanujoso, dan telah sepakat bahwa tidak ada pasien yang ditolak di Kanujoso Diharapkan apabila sudah ada Dokter Sister Hospital di RSUD Balikpapan maka kepadatan di Kanujoso dapat berkurang Puskesmas harus memperbaiki diri, yakni dengan menelepon terlebih sebelum merujuk Dinas kesehatan juga harus menyiapkan sistem rujukan online, dimana data-data bed kosong sudah terintegrasi antar rumah sakit |
Beban puskesmas untuk meregister pasien bertambah, form database ibu hamil sering kosong, padahal form tersebut digunakan sebagai pemantauan kondisi ibu |
Tujuan manual rujukan adalah untuk mengurangi kegaduhan, sehingga salah satu solusinya adalah menyiapkan ibu hamil agar mereka siap, memiliki pengetahuan yang luas serta mengerti tentang kondisi kehamilannya. ANC harus maksimal |
Template rujukan menjadi masalah, antar tempat berbeda, rumah sakit kesulitan |
Template rujukan harus sama, harus ada koneksi antara P-Care dengan SIMPUS, |
Beberapa spesialis belum memakai buku KIA |
|
Terdapat spesialis yang praktek di klinik bidan, melakukan tindakan di tempat yang tidak seharusnya |
|
Info kegiatan manual rujukan belum sampai menyeluruh kepada seluruh staff, baik di puskesmas maupun di rumah sakit. |
|
Ditengah berbagai masalah yang masih melanda ujicoba manual rujukan maternal neonatal, terdapat sebuah prestasi besar yakni adanya SK Walikota Balikpapan yang telah memberlakukan penerapan manual rujukan secara menyeluruh. Dr. Dwi Handono lalu menyarankan bahwa SK yang sudah ada sangat baik tetapi lebih baik ujicoba 12 tempat ini tetap dilanjutkan hingga 3 bulan, agar sosialisasi lebih maksimal. Lalu setelah itu ada ujicoba tahap dua dengan skala yang lebih besar.