Bagaimana Pasien dan Provider Memaknai "Mutu" dalam Terapi Kanker?
Layanan kesehatan bermutu sering didefinisikan sebagai layanan yang diberikan sesuai kebutuhan pasien, pada waktu dan dengan cara yang tepat. Institute of Medicine (IOM) mendefinisikan mutu layanan kesehatan dengan 6 atribut yaitu keselamatan, berpusat pada pasien, ketepatan waktu, efektif, efisien, dan seimbang. Aspek-aspek layanan bermutu ini diterjemahkan lebih detil oleh pasien dan provider yang menerima dan menyediakan layanan kemoterapi. Bagaimana mereka memaknai mutu dalam layanan kanker?
Bagi pasien dan provider, layanan kanker disebut bermutu bila mengandung komponen informasi yang dibutuhkan, dukungan psikososial, tanggungjawab layanan, dan koordinasi layanan. Provider juga menyebutkan pentingnya keseimbangan dalam layanan kanker dan pertimbangan upah. Informasi ini didapatkan dari studi literatur yang dilakukan Hess dan Pol terhadap 15 artikel antara Januari 2009-Mei 2013 yang memenuhi kriteria dan mewakili perspektif pelayanan kemoterapi dari total 4.934 pasien kanker, provider, pemberi layanan kesehatan, dan fasilitator pendidikan.
Studi dilatarbelakangi olehsemakin tingginya kebutuhan terapi kanker bermutu tinggi di Amerika Serikat. Data dari American Cancer Society menunjukkan lebih dari 1,6 juta orang baru terdiagnosis kanker pada 2013. Sumber yang sama juga memperkirakan terdapat 14 juta penderita kanker yang bertahan hidup pada 2012. Meski tingkat kematian akibat kanker menurun 20% sejak 1991, jumlah penduduk Amerika Serikat yang terdiagnosis kanker semakin meningkat. Seringkali mutu layanan kesehatan didefinisikan keliru. Keseragaman pemahaman mengenai komponen yang menyebabkan mutu juga masih minim.
Menurut pasien kanker, sebuah layanan kemoterapi dikatakan bermutu bila mengandung aspek informasi, komunikasi, koordinasi perawatan, perawatan yang tepat waktu, kejelasan penanggung jawab perawatan, perawatan yang sesuai kebutuhan individu, dan dukungan sistem psikososial. Bila perawatan kanker minim informasi, kurang komunikasi, kurang perhatian selama perawaan, dan perawatan terpecah-pecah tanpa koordinasi, pasien berpendapat pelayanan semacam ini kurang bermutu.
Keterangan komponen mutu terapi kanker menurut pasien dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1. Komponen dan Konteks Mutu Terapi Kanker Menurut Pasien
Komponen Mutu |
Konteks |
Informasi |
Definisi: Membantu pasien dan keluarga untuk mencari website yang berreputasi baik; navigator untuk membantu pasien berpartisipasi dalam pembuatan keputusan; pengetahuan cara mengelola efek samping; tim perawatan membantu pasien memahami diagnosis; informasi tertulis tentang apa yang diharapkan selama perawatan, efek samping, dan apa yang harus dilakukan saat di rumah; mengetahui siapa yang dapat ditanyai bila ada pertanyaan. Hambatan: Pasien dibanjiri dengan informasi yang kompleks dan saling bertentangan; edukasi pasien diberikan saat keputusan medis telah dibuat; kurang kesadaran mengenai apa yang akan terjadi, prosedur tidak dijelaskan; tidak memahami hasil tes; informasi yang kontradiksi; tidak mengetahui siapa yang harus dihubungi di luar jam kerja. |
Komunikasi |
Definisi: Tingkat komunikasi yang tinggi dihubungkan dengan tingginya tingkat mutu layanan. Hambatan: Informasi yang tidak akurat/ kontradiksi dari interaksi dengan provider; kemampuan memahami instruksi/ informasi yang diberikan pada saat diagnosis dan pembuatan keputusan perawatan. |
Koordinasi Perawatan |
Definisi: Menemukan pendekatan “one stop shopping” untuk perawatan kanker; meningkatkan peran provider perawatan primer selama perawatan; semua provider bekerja sebagai tim. Hambatan: Kurang kerja tim antar provider; disorganisasi antara provider; kurangnya sumber tunggal dalam memberi informasi riwayat perawatan, tes, dan tagihan; pelayanan primer tidak memahami kanker, hanya para sepsialis yang paham. |
Ketepatan Waktu Perawatan |
Definisi: Pasien mendapat diagnosis yang lebih cepat dan lebih puas terhadap pelayanan; ketepatan waktu dalam hal ini sangat tergantung preferensi pasien bukan semata waktu pelayanan yang lebih pendek. Hambatan: Permasalahan dengan sistem perjanjia atau waktu tunggu memicu lewatnya masa perjajian; membutuhkan waktu lama untuk menjangkau provider bila ada kondisi gawat darurat; penundaan pada proses diagnosis meningkatkan stess pada pasien; waktu tunggu yang lama juga menambah stress pasien. |
Tanggung Jawab Perawatan |
Partisipasi dalam pembuatan keputusan berkaitan dengan tingginya kepuasan; membutuhkan kejelasan mengenai pihak yang bertanggungjawab untuk tiap bagian perawatan; pasien tidak ingin ditinggalkan dengan tanggung jawab untuk memastikan bahwa semuanya berjalan lancar. |
Personalisasi Perawatan |
Perasaan dirawat sebagai manusia dari pada hanya sebagai pasien; pendekatan perawatan “whole person”; provider dan staf yang mengenal nama pasien; tingginya tingkat perawatan oleh provider berkaitan dengan keinginan untuk merekomendasikan provider. |
Dukungan Psikososial |
Kebutuhan untuk didukung teman sebaya dan psikososial profesional; kebutuhan dukungan emosional dari provider layanan kesehatan; pelayanan diharapkan diperkenalkan lebih awal dalam rencana perawatan; dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman. |
Kurang Perhatian terhadap Perawatan |
Provider tidak memberi perhatian cukup kepada perawatan individu; pasien memiliki waktu yang sangat terbatas dengan provider; kurang perhatian selama masa rawat inap dan kurangnya rasa hormat berdampak pada pemulihan. |
Berbeda pasien, menurut provider, mereka dapat memberi pelayanan yang bermutu bila terdapat komponen sebagai berikut akuntabilitas metriks, tim multidisiplin, hubungan dengan kolegium, penjadwalan ulang/ sistem medis elektronik, akses yang adil untuk populasi desa/ pendapatan rendah, program dukungan psikososial pasien, dan dukungan reimbursemen untuk perawatan yang berpusat pada pasien. Komponen yang dianggap provider menyulitkan pemberian pelayanan bermutu kepada pasien adalah kurang kejelasan penanggungjawab perawatan, kurang koordinasi perawatan, beban kerja provider, ketepatan waktu perawatan, edukasi pasien/ informasi yang dibutuhkan, akses pasien terhadap perawatan, kebijakan reimbursement, dan kurangnya dukungan psikososial untuk pasien.
Keterangan komponen mutu terapi kanker menurut provider dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2. Komponen dan Konteks Mutu Terapi Kanker Menurut Provider
Komponen Mutu |
Konteks |
Akses terhadap Perawatan |
Hambatan: Ras, etnik, sosial ekonomi, dan perbedaan demografis; kebutuhan anak-anak dan orang dewasa; pendapatan rendah dan tidak terjamin asuransi dalam mengakses pelayanan; asuransi tidak memadai. Rekomendasi: Penggunaan telemedicine untuk perawatan daerah pedesaan; peningkatan kaitan antara pusat kanker dan jejaring keselamatan rumah sakit. |
Kebijakan Reimbursemen |
Hambatan: Tidak ada penghargaan untuk pelayanan yang memberikan informasi atau perawatan pendukung; reimbursemen mengecilkan perawatan yang berpusat pada pasien. Rekomendasi: Insentif finansial dalam reimbursemen yang dapat mendorong pelayanan berpusat pasien. |
Kurang Dukungan Layanan Psikososial untuk Pasien |
Hambatan: Pasien mengalami ketakutan, kecemasan, depresi, dan tertekan; kurangnya penilaian sistematis atau perhatian terhadap isu psikososial. Rekomendasi: Meningkatkan mutu layanan dengan merekrut lebih banyak pekerja sosial dalam bidang kanker dan mengedukasi mereka dalam perawatan kanker; penggunaan navigator pasien untuk menyediakan dukungan. |
Akuntabilitas Perawatan/ Metriks Perawatan |
Kurangnya kejelasan siapa yang akan memandu perawatan pasien sebelum dan setelah terapi kanker; perawatan kanker yang terintegrasi akan membantu mendukung akuntabilitas; mendorong adanya pengukuran kinerja. |
Koordinasi Perawatan |
Kurangnya koordinasi sebelum dan setelah periode perawatan; perawatan multidisiplin dilakukan terlambat yaitu setelah perawatan dimulai; tidak ada provider yang jelas pada saat kedatangan pasien di onkologi; kesulitan berkomunikasi dengan provider yang tidak berada di lokasi. |
Beban Kerja Provider |
Jumlah staf yang tidak memadai memicu perubahan, pengurangan, atau penundaan dalam perawatan pasien dan mempengaruhi keselamatan; penggantian tenaga dokter oleh perawat berdampak pada mutu perawatan pasien. |
Ketepatan Waktu Perawatan |
Ketidakjelasan akuntabilitas dan jumlah staf yang tidak memadai berkontribusi terhadap tertundanya waktu perawatan; manajer perawtan tidak bisa mengatasi hal ini. |
Edukasi/ Informasi Pasien |
Navigator pasien untuk membantu mereka mengakses informasi; pusat perawatan bervariasi dalam hal perhatian dan sumber daya yang bersedia untuk mengedukasi pasien; informasi kunci batu diberikan setelah keputusan utama dibuat; waktu provider dalam menjawab pertanyaan pasien dan detil yang dibutuhkan pasien memakan waktu yang provider dalam memberi perawatan kepada pasien. |
Tim Multidisiplin |
Tim multidisiplin dapat meningkatkan ketepatan waktu perawatan; hambatan terjadi ketika perawatan multidisiplin dimulai setelah inisiasi perawatan. |
Hubungan Kolegium |
Mutu perawatan dapat meningkat bila hubungan kolegium dan komunikasi yang baik tercipta antara perawat dan dokter. |
Sistem Elektronik |
Sistem elektornik dapat meningkatkan ketepatan waktu pelayanan; catatan medis elektronik dan portal pasien dapat menghubungkan pasien dengan informasi dan layanan; catatan medis elektronik dapat membantu mengkoordinasi perawatan, memfasilitasi komunikasi antar provider, mendukung rencana perawatan multidisiplin, dan meningkatkan keselamatan; membantu penjadwalan perjanjian |
Temuan terkait komponen-komponen mutu dalam penelitian ini dapat menjadi poin awal untuk inisiatif lebih lanjut untuk meningkatkan mutu layanan kanker. Informasi ini juga membantu mengidentifikasi pengukuran mutu yang penting bagi pasien dan provider. Inisiatif yang berfokus pada peningkatan mutu pelayanan kanker sedapat mungkin mempertimbangkan keterbatasan dan hambatan yang disebutkan dalam penelitian ini, terutama terkait komunikasi pasien-provider, pembagian informasi, dan reimbursment untuk mendukung perawatan berpusat pada pasien. Untuk meningkatkan keberhasilan, inisiatif yang akan dilakukan harus mencakup strategi untuk mitigasi hambatan-hambatan yang ada.
Text: drg. Puti Aulia Rahma, MPH
Sumber: Hess LM dan Pohl G, Perspective of Quality Care in Cancer Treatment: A Review of the Literature, Am Health Drug Benefits, 2013; 6(6): 321 – 329.