Peningkatan Pelayanan yang Bermutu dengan Manajemen Nyeri yang Tepat
Upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu melalui pengelolaan nyeri pasien yang tepat masih menjadi topik bahasan minggu ini. Dua artikel yang ditampilkan akan menyampaikan informasi mengenai pedoman penilaian nyeri dan contoh-contoh instrumen yang dipergunakan. Artikel minggu ini diharapkan dapat semakin melengkapi informasi yang telah disampaikan pada artikel-artikel minggu lalu, dimana manajemen nyeri diuraikan secara detil dengan berbagai contoh pengelolaannya di belahan negara lain.
Mengapa manajemen nyeri menjadi satu hal yang terus-menerus didiskusikan dan dipelajari? Tentu saja hal tersebut dapat menimbulkan pertanyaan bagi sebagian pelaku kesehatan maupun masyarakat awam. Banyak alasan yang dapat dikemukakan apabila kita pelajari lebih jauh, namun salah satu dasar yang dapat kita 'lihat' adalah bahwa manajemen nyeri sedemikian pentingnya sehingga hal ini menjadi salah satu unsur penilaian pada akreditasi internasional, dimana pada salah satu elemen penilaian disebutkan bahwa rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan asesmen dan pengelolaan rasa sakit yang tepat (Patient and Family Right/ PFR 2.4, Standar Akreditasi Rumah Sakit JCI 2011). Elemen pengelolaan nyeri tidak hanya disebutkan di standar PFR 2.4 tetapi disebutkan pula di standar penilaian lainnya seperti Assessment of Patient/ AOP 1.7 dan Care of Patient/ COP 6. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya pengelolaan nyeri pasien tersebut.
Mengacu pada satu alasan tersebut, tentu saja kita harus dapat mengupayakan terpenuhinya hak pasien terkait dengan pengelolaan nyeri tersebut serta memberikan perhatian pada isu terebut, sama pentingnya dengan perawatan kesehatan yang sedang diterima oleh pasien tersebut (lei).