Part 1
Patient Reported Outcome Measures... Bring the Patient to the Center of Care
Viera Wardhani,
S2 Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Mengembangkan ukuran dalam proses pelayanan kesehatan berdasarkan perspektif pasien merupakan satu strategi penting dalam pelayanan yang berpusat pada pasien. Ukuran outcome (PROM=patient reported outcome measurement) misalnya rasa sakit, pengalaman (PREM=patient reported experience measurement) misalnya waktu tunggu, perhatian dokter, dan PCOM (patient change outcome management) akan melengkapi data kondisi dan perkembangan pasien. Esensinya adalah mengetahui “service value” atau sederhananya adalah “good buy” layak dibeli atau apa yang diperoleh dari yang dibelanjakan yang merupakan kombinasi antara outcome, service experience dan biaya.
Secara grafis, pengukuran yang perlu ada dalam sistem catatan medis harus bersifat komprehensif dan balance yang meliputi aspek klinis, fungsi, pengalaman (kepuasan), dan biaya (langsung maupun tak langsung). Keempat komponen tersebut akan menjadi semacam dashboard bagi dokter maupun pasien. Dalam keempat komponen tersebut selalu ada sudut pandang pasien, misal gejala yang dirasakan dalam ukuran klinis, dampak kondisi sakit terhadap fungsi sehari-hari, pengalaman dalam pelayanan, serta biaya tidak langsung.
Agar berhasil terdapat 6 kunci sukses sebuah PRO
- Gabungan antara generik dan spesifik sesuai penyakit
- Response rate harus 60-70
- Menggunakan multi mode agar menjangkau semua (app, komputer, paper)
- Diintegrasikan dengan medical record
- Akses real time
- Population health dashboard
Dalam mengembangan ukuran harus diawali dengan inquiry yaitu mengapa harus, apa tujuan kita, dan apa incentives yang diharapkan, siapa saja yang harus dilibatkan, kapan harus diukur, apa yang harus diukur, berapa banyak (rule 20-8, setiap 20 item perlu 8 menit).
Teknik workshop menggunakan studi kasus, dengan vignette kemudian peserta diminta memberikan skor PRO dalam hal ini PHQ untuk mengukur depresi, dengan mengumpamakan diri adalah pasien, selanjutnya peserta juga menempatkan diri sebagai dokter dan menetapkan kebutuhan pasien berdasarkan data informasi pasien ukuran tersebut. Peserta diminta mengevaluasi mudahkah mengisi PHQ?
Tugas berikutnya adalah mengidentifikasi sumber daya yang ada di RS/Praktek serta apa perannya dalam menerapkan PROM. Misal siapa yang mendistribusikan, mengisi, merekap, menganalisis dan menggunakan data tersebut? Menarik untuk dikaji meluasnya keterlibatan volunter untuk mengatasi kekurangan sumber daya. Mereka adalah pensiun yang membutuhkan aktifitas dan eksistensi diri, yang mendampingi dalam proses pengisian PROM.
Kasus juga menyajikan riwayat pengobatan, data klinis kadar glukosa darah, dan HgBA1c. Ketiga data tersebut (skor PHQ, gula darah puasa dan HgBA1C), di plotting dalam satu halaman. Peserta diminta melihat apa yang bisa diamati dengan masing-masing data dan gabungan ketiganya. Gainnya adalah dengan melihat dari berbagai sudut pandang lebih memberikan gambaran yang menyeluruh dari kondisi pasien, bagaimana kendali stres memberikan perbaikan pada gambaran klinis.
Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi infomasi lain apa yang perlu disajikan dalam dashboard selain ketiga hal itu? Misal medication history, diet, aktifitas fisik, kecemasan, apa yang dirasakan pasien, beban permasalahan, biaya.
Tantangannya adalah menemukan dashboard yang seimbang, akan sangat bagus bila bisa disajikan dalam satu lembar summary, dicetak untuk dokter dan pasien sebagai laporan dan bahan diskusi.
Manusia merupakan makhluk dengan sistem yang kompleks, pendekatan kesehatan pun bersifat komprehensif bio-psiko-social-spiritual, dengan manusia sendiri sebagai intinya, maka pengukuran kesehatan pun harus melibatkan sudut pandang pasien untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap.
Part 2
Catatan Peserta ISQua Hari 1
Developing Quality Improvement (QI) Skills
Apa yg membuat pelayanan terbaik: Person Centred Care
1. Dignity respect
2. Koordinasi
3. Pelayanan personal
4. Enabling care
Quality Improvement Skill yg perlu kita miliki disamping mampu mereplikasi inovasi dari orang/institusi yg mirip dengan kita tapi juga menggali ide-ide dari orang atau institusi yang sama sekali berbeda dengan kita
Penulis: Hanevi Djasri
The Frontier of Improvement
Diawali dengan sesi interaktif melalui survei online kepada para peserta melalui web www.menti.com dgn password 896334
Survei untuk mendata upaya dan sumber daya apa yg dibutuhkan untuk QI dimasa datang
Jawaban terbanyak dari 180 peserta secara online dalam waktu 5 menit:
- budaya mutu
- edukasi
- staff
- leadership
Salah satu tantangan QI kedepan: Identitas profesional dalam integrated care terkait batas kewenangan profesi dan bagaimana mempercayai profesi lain
Tantangan QI yang lain: Patient and Public Involvement (PPI) in QI project
Caranya:
- Masukan pasien dan atau publik dalam tim QI
- Dengarkan dan terima usulannya (membuat pasien dan publik percaya diri bahwa memang masukkannya berharga)
- Buat intervensi dengan melibatkan mereka
- Sebarluaskan hasilnya (membuat pasien dan publik bangga)
Catatan: Proses ini baru dapat berjalan lancar dengan dukungan manajerial dan leadership
Refleksi untuk Indonesia: Secara teori kita sudah dengar ini semua, tetapi apakah sudah kita terapkan?
Penulis: Hanevi Djasri
Integrated care
Forms of Integrated care:
*Functional- macro
*Organizational-meso
*Professional-meso
*Clinical-micro
dr. Nico (KARS) saat sharing pengalaman Indonesia tentang Integrated care pada level clinical-micro daan diskusi tentang peran case manager dalam Integrated care (dr.Nico)
Part 3
National Quality Policy and Strategy (NQPS): The Missing Bolt in Improving Health Systems Performance
Sesi yang diisi oleh narasumber dari WHO ini berlangsung pada hari Minggu (23 September 2018) siang, sebagai bagian dari Pre-conference. Beberapa delegasi Indonesia, seperti Kementerian Kesehatan (yang diwakili oleh staf Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan) serta PKMK UGM, yaitu penulis sendiri, sangan antusias mengikuti sesi yang penting dan relevan dengan kondisi Indonesia saat ini.
Mutu adalah kunci penting dalam implementasi Universal Health Coverage (UHC) yang efektif dan dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs). Apakah mutu pelayanan kesehatan? WHO menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan yang memiliki dimensi mutu effective, safe, people-centred, timely, equitable, integrated dan efficient.
WHO merekomendasikan setiap negara untuk memiliki National Quality Policy and Strategy (NQPS). Dengan adanya NQPS, secara sistematis performa sistem kesehatan akan meningkat dan mutu pelayanan kesehatan akan meningkat. Apakah tujuan WHO dalam menginiasiasi NQPS?
NQPS berfungsi untuk menyatukan berbagai inisiatif peningkatan mutu sehingga upaya peningkatan mutu terorganisir, meningkatkan komitmen para pemangku kepentingan terkait terhadap mutu pelayanan melalui stakeholder engagement, serta memperjelas struktur tata kelola, akuntabilitas dan pengawasan mutu pelayanan kesehatan.
Terdapat delapan elemen dalam proses penyusunan NQPS yang direkomendasikan WHO. Langkah dibawah ini dapat dijadikan sebagai pedoman, tetapi tiap negara bisa memodifikasinya disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi negara masing-masing. Narasumber juga menjelaskan deskripsi setiap kedelapan elemen tersebut, dokumen yang diperlukan dan hasil dari setiap elemen yang perlu dimasukkan dalam dokumen NQPS.
Dalam sesi ini, terdapat beberapa diskusi interaktif dengan pertanyaan-pertanyaan yang memicu peserta untuk berdiskusi, seperti bagaimana kami menilai pentingnya NQPS dalam negara kita dan sharing proses NQPS yang sudah dikerjakan di setiap negara. Saya dan drg.Hanum selaku Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan berdiskusi dengan rekan dari Zimbabwe, Jepang dan Bahrain. Setelah diskusi, perwakilan kelompok diminta untuk mengemukakan pendapatnya. Ada beberapa poin menarik yang saya ambil dari berbagai pengalaman penyusunan NQPS oleh rekan dari negara lain:
- Walaupun sudah memiliki NQPS, implementasi NQPS tidak selalu berjalan dengan baik. Diperlukan kepemimpinan dan sistem manajemen kesehatan yang baik dan berkomitmen tinggi.
- NQPS perlu dikaitkan dengan program prioritas kesehatan negara masing-masing
- Perlunya meningkatkan budaya mutu di seluruh sistem kesehatan
- NQPS akan berjalan baik bila ada sumber daya yang mendukung
- Jangan melupakan etik dalam setiap proses peningkatan mutu
Tim NQPS WHO Geneva dan Tim NQPS Indonesia (Kementerian Kesehatan dan PKMK UGM)
Refleksi untuk Indonesia:
Indonesia sudah memulai penyusunan NQPS sejak tahun 2017, dimulai dengan menyusun analisis situasi yang mencakup delapan elemen. Terdapat beberapa hal yang sudah didiskusikan seperti definisi dan dimensi mutu untuk Indonesia, tetapi beberapa hal belum ditetapkan seperti struktur dan tata kelola mutu, intervensi mutu prioritas, dan indikator mutu nasional. Proses ini masih berjalan dan selanjutnya tim akan melanjutkan workshop dengan stakeholders terkait untuk menetapkan strategi, program dan implementasi strategi. Apakah NQPS akan dapat diimplementasikan dengan baik di Indonesia?
Penulis: Novika Handayani
Bahan bacaan :
- http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/272465/9789241513906-eng.pdf?ua=1
- http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/272357/9789241565561-eng.pdf?ua=1
Part 4
Presentasi Oral
Pada hari Senin sampai Rabu (24-26 September 2018) selain poster display, terdapat beberapa delegasi Indonesia yang juga terpilih untuk oral presentation selama 10 menit atau 15 menit. Berikut ini judul presentasi oral dari delegasi Indonesia pada conference ISQua Kuala Lumpur:
- Implementation of The Nurse Corner Competency to Improve Critical Thinking and Satisfaction (Rr.Tutik Sri Hariyati, H. Handiyani, B. Utomo, S. Farida Rachmi)
- Hospital Accreditation Status in Indonesia: Factors Explaining its Sustainability (Viera Wardhani, T. Kuntjoro, S. Cokro, A. Utarini)
- Succession of Physician Leadership and Talent Management in Public, Private and Military Hospital (Arifatul Khorida, A. Meliala)
- An Exploration into Universal Health Coverage's Potential Role in Expanding Access to Immediate Post-Pregnancy Family Planning at Private Facilities in Indonesia (Siti Nurul Qomariyah; ID, M. Christofield; US, I. Riswan, N. Agustina)
- Bringing Together Academia and Policy-Joint Master Program in Social Protection in Cooperation Between National Economics University, Vietnam, Universitas Indonesia and Heidelberg University, Germany (Svetla Loukanova; DE, B. Hidayat; ID, T. Long Giang; VN, M. Marx; DE)
Selamat kepada peneliti yang terpilih untuk presentasi oral!
Untuk detail program bisa klik https://www.isqua.org/events/kl-2018/conference-programme.html
Penulis: Novika Handayani